Penyebab Stunting terhadap Anak di Indonesia

Stunting seringkali dikampanyekan dan tetap menjadi progam utama lembaga kesehatan di semua dunia. Berasal dari Worldbank.org, stunting adalah keadaan di mana anak mengalami kegagalan perkembangan tubuh disebabkan oleh malnutrisi yang kronis dan juga berbagai penyakit waktu jaman kanak-kanak. Hal itu terjadi khususnya saat masih berada di janin dalam kandungan (seribu hari pertama yang dimulai dari masa kandungan). Akibatnya seorang anak bakal memiliki ukuran tubuh yang pendek dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu dengan cepat.

Malnutrisi merupakan suasana darurat yang tetap menjadi masalah kesehatan penduduk utama di seluruh dunia, terutama di Indonesia, Asia Tenggara dan Afrika sub-Sahara. Ini merupakan indikator dari gizi buruk, mempunyai konsekuensi besar terhadap kesehatan manusia dan juga untuk pembangunan sosial dan ekonomi dari populasi tersebut.


Negara-negara yang paling mengalami persoalan ini adalah negara-negara berkembang, suasana ekonomi, pendidikan dan sosio-kultural menjadi segi penting yang melatarbelakangi berbagai turunan penyebab kasus kesegaran dan pertumbuhan warga negara tersebut.

Dilansir dari tribune.com.pk, tiga negara yang memiliki angka stunting tertinggi yaitu India, Nigeria serta Pakistan. Sementara itu, penyebab dari stunting cukup kompleks. Secara umum dibagi menjadi lingkungan makanan, lingkungan sosial, lingkungan kesehatan, dan lingkungan hidup.

Penyebab Utama Stunting pada Anak

Seperti yang telah dijelaskan di atas, dikarenakan cukup kompleks, berikut penjabaran beberapa penyebab utama stunting:

  • Masih kurangnya akses makanan bergizi karena makanannya tergolong mahal.
  • Kurangnya pengetahuan tentang makanan-makanan yang bergizi dan apa yang dibutuhkan bagi perkembangan janin dan bayi.
  • Kurangnya ilmu perihal bagaimana etika menjaga bayi yang baik di dalam konteks kesehatan.
  • Kurangnya pengetahuan untuk merawat pola hidup bersih saat hamil maupun waktu melindungi anak.
  • Kondisi kerja ibu waktu hamil yang tidak membantu pada kehamilannya.
  • Kurangnya ilmu ibu tentang gizi sebelum akan hamil, saat hamil, maupun pasca melahirkan.
  • Terbatasnya akses layanan kesehatan, fasilitas penunjang, tenaga kerja kala kehamilan dan postnatal (setelah melahirkan).
  • Kurangnya akses air bersih dan sanitasi sehari-hari.
  • Mengalami kekurangan gizi yang benar-benar kronis dalam waktu yang lama.

Cara Mengenali Stunting pada Anak

Kemudian, gejala apa saja yang mampu diamati sekiranya anak telah terkena stunting?

Berikut merupakan tanda-tanda secara fisik maupun kognitif anak yang telah terkena stunting:

  1. Anak mempunyai badan yang cenderung lebih pendek pada anak seusianya.
  2. Anak memiliki penampilan yang lebih muda namun tubuh nampak normal untuk usianya.
  3. Berat badan sangat kurang untuk anak seusianya.
  4. Pertumbuhan tulang terhambat.
  5. Pertumbuhan terhadap gigi condong lembat.
  6. Kondisi tubuh dan kebolehan mengingat dan juga focus cukup
  7. Pada usia 8 hingga 10 tahun, anak menjadi cukup pendiam di lingkungannya (tidak banyak melakukan eye contact).

Oleh sebab itu, kita harus membiasakan diri untuk melakukan pengukuran antropometri secara berkala guna mendeteksi stunting. Dengan adanya hal tersebut, angka prevelensi stunting akan turun dari tahun ke tahun.

Oleh karena itu, kita perlu membiasakan diri untuk menjalankan pengukuran antropometri secara berkala guna mendeteksi stunting. Dengan adanya hal tersebut, angka prevelensi stunting bakal turun dari tahun ke tahun.

Bagi kamu yang memerlukan produk-produk antropometri tersebut, SOLO ABADI sudah menyediakan produk guna mendeteksi stunting.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan klik link berikut atau menghubungi whatsapp di nomor berikut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Mesin CNC dan Fungsi Mesin CNC di Dunia Industri

Penggunaan Antropometri untuk Meningkatkan Nilai Produk yang Ergonomis

Berbagai Hal yang Wajib dimengerti dalam Antropometri di Arsitektur